Oleh: Andri
Sugeng Prayoga
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا
أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ
الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ
بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا
بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ
مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا
وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِيْ
النَّارِ.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Ma'asyirol
Muslimin rahimakumullah ...
Segala puji bagi Allah, Rabb
dan sesembahan sekalian alam, yang telah mencurahkan kenikmatan dan karuniaNya
yang tak terhingga dan tak pernah putus sepanjang zaman kepada makhluk-Nya.
Baik yang berupa kesehatan, kesempatan sehingga pada kali ini kita dapat menunaikan
kewajiban shalat Jum’at.
Semoga shalawat dan salam
tercurahkan kepada pemimpin dan uswah kita Nabi Muhammad, yang melalui
perjuangannyalah, cahaya Islam ini sampai kepada kita, sehingga kita terbebas
dari kejahiliyahan, dan kehinaan. Dan semoga shalawat serta salam juga
tercurahkan kepada keluarganya, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir
zaman.
Pada kesempatan kali ini tak
lupa saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada jama’ah semuanya, agar
kita selalu meningkatkan kwalitas iman dan taqwa kita, karena iman dan taqwa
adalah sebaik-baik bekal untuk menuju kehidupan di akhirat kelak.
Ma'asyirol
Muslimin rahimakumullah ...
Tauhid adalah pegangan pokok
dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan
bagi setiap amal, menurut tuntunan Islam, tauhidlah yang akan menghantarkan
manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam akhirat
nanti. Dan amal yang tidak dilandasi dengan tauhid akan sia-sia, tidak dikabulkan
oleh Allah dan lebih dari itu, amal yang dilandasi dengan syirik akan
menyengsarakannya di dunia dan di akhirat. Sebagaimana Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya telah
diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelum kamu, ‘jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja yang
kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. (Az-Zumar: 65-66)
Hamba Allah yang beriman ...
Tauhid bukan sekedar
mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah, bukan
sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud
(keberadaan)Nya dan wahdaniyah (keesaan)Nya dan bukan pula sekedar mengenal
Asma’ dan sifatNya.
Iblis mempercayai bahwa
Tuhannya adalah Allah, bahkan mengakui keesaaan dan kemahakuasaan Allah dengan
permin-taannya kepada Allah melalui Asma dan sifat-Nya. Kaum Jahiliyah Kuno
yang dihadapi Rasulullah juga meyakini bahwa pencipta. Pengatur, Pemelihara dan
Penguasa alam semesta ini adalah Allah. Sebagaimana Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya jika
kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu
mereka akan menjawab: “Allah.” (Luqman: 25).
Namun kepercayaan mereka dan
keyakinan mereka itu belumlah menjadikan mereka sebagai makhluk yang
berpredikat Muslim, yang beriman kepada Allah. Dari sini lalu timbullah
pertanyaan: “Apakah hakikat tauhid itu?”
Hamba Allah, yang beriman
...
Hakikat Tauhid, ialah
pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu: menghambakan diri hanya kepada Allah
secara murni dan konsekuen, dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi
segala laranganNya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut
kepadaNya. Untuk inilah sebenarnya manusia diciptakan Allah. Dan sesungguhnya
misi para Rasul adalah untuk menegakkan tauhid. Mulai Rasul yang pertama, Nuh,
hingga Rasul terakhir, yakni nabi Muhammad n. Sebagaimana firman Allah:
“Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.” (Adz-Dzariyat: 56).
“Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah
(saja) dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl: 36)
Sesungguhnya tauhid
tercermin dalam kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah. Maknanya, tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah
dan tidak ada ibadah yang benar kecuali ibadah yang sesuai dengan tuntunan
rasul yaitu As-Sunnah. Orang yang mengikrarkannya akan masuk Surga selama tidak
dirusak syirik atau kufur akbar.
Sebagaimana firman Allah:
“Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik),
mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang, mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82)
Abdullah bin Mas’ud
meriwayatkan, “Ketika ayat ini turun, para sahabat merasa sedih dan berat.
Mereka berkata siapa di antara kita yang
tidak berlaku dzalim kepada diri sendiri lalu Rasul menjawab:
لَيْسَ ذَلِكَ، إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ، أَلَمْ
تَسْمَعُوْا قَوْلَ لُقْمَانَ لاِبْنِهِ: {يَا بُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ}. (متفق عليه).
“Yang dimaksud bukan
(kedzaliman) itu, tetapi syirik. Tidak-kah kalian mendengar nasihat Luqman
kepada puteranya, ‘Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah.
Sesungguhnya mempersekutukan Allah benar-benar suatu kedzaliman yang besar.” (Luqman: 13)
(Muttafaqun alaih).
Ayat ini memberi kabar
gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengesakan Allah. Orang-orang yang
tidak mencampur-adukkan antara keimanan dengan syirik serta menjauhi segala
perbuatan syirik. Sungguh mereka akan mendapatkan keamanan yang sempurna dari
siksa Allah di akhirat. Mereka itulah yang mendapatkan petunjuk di dunia.
Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah ...
Jika dia adalah seorang ahli
tauhid yang murni dan bersih dari noda-noda syirik serta ikhlas mengucapkan “laa
ilaaha illallah” maka tauhid kepada Allah menjadi penyebab utama bagi
kebahagiaan dirinya, serta menjadi penyebab bagi penghapusan dosa-dosa dan
kejahatannya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam sabda Rasulullah yang
diriwayatkan ‘Ubadah bin Ash-Shamit:
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ،
وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّهَ عَلَى مَا
كَانَ مِنَ الْعَمَلِ. (رواه البخاري ومسلم).
“Barangsiapa bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu
bagiNya, dan Muham-mad adalah hamba dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa Isa
adalah hamba Allah, utusanNya dan kalimat yang disampaikanNya kepada Maryam
serta ruh dari padaNya, dan (bersaksi pula bahwa) Surga adalah benar adanya dan
Nerakapun benar adanya maka Allah pasti akan memasukkan ke dalam Surga, apapun
amal yang diperbuatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Maksudnya, segenap
persaksian yang dilakukan oleh seorang Muslim sebagaimana yang terkandung dalam
hadist tadi berhak memasukkan dirinya ke Surga. Sekalipun dalam sebagian amal
perbuatannya terdapat dosa dan maksiat. Hal ini sebagaimana ditegaskan di dalam
hadist qudsi, Allah berfirman:
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ
لَوْ أَتَيْتني بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكُ
بِيْ شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً. (حسن، رواه الترمذي والضياء).
“Hai anak Adam,
seandainya kamu datang kepadaKu dengan membawa dosa sepenuh bumi, sedangkan
engkau ketika menemuiKu dalam keadaan tidak menyekutukanKu sedikitpun, niscaya
aku berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. At-Tirmidzi dan Adh-Dhiya’, hadist
hasan).
Hadist tersebut menegaskan
tentang keutamaan tauhid. Tauhid merupakan faktor terpenting bagi kebahagiaan
seorang hamba. Tauhid merupakan sarana paling agung untuk melebur dosa-dosa dan
maksiat.
Hamba Allah yang beriman ...
Jika tauhid yang murni
terealisasi dalam hidup seseorang, baik secara pribadi maupun jama’ah, niscaya
akan menghasilkan buah yang sangat manis. Di antara buah manis yang didapat
adalah:
- Tauhid
memerdekakan manusia dari segala per-budakan dan penghambaan kecuali
kepada Alah. Memerdeka-kan fikiran dari berbagai khurofat dan angan-angan yang
keliru. Memerdekakan hati dari tunduk, menyerah dan menghinakan diri
kepada selain Allah Memerdekakan hidup dari kekuasaan Fir’aun,
pendeta dan thaghut yang menuhankan diri atas hamba-hamba Allah.
- Tauhid membentuk
kepribadian yang kokoh. Arah hidup-nya jelas, tidak menggantungkan diri
kepada Allah. Kepada-Nya ia berdo’a dalam keadaan lapang atau sempit.
Berbeda dengan seorang musyrik yang hatinya terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan dan sesembahan yang banyak. Suatu saat ia menyembah orang yang hidup, pada saat lain ia menyembah orang yang mati. Orang Mukmin menyembah satu Tuhan. Ia mengetahui apa yang membuatNya ridla dan murka. Ia akan melakukan apa yang membuatNya ridha, sehingga hati menjadi tentram. Adapun orang musyrik, ia menyembah tuhan-tuhan yang banyak. Tuhan ini menginginkan ke kanan, sedang tuhan yang lainnya menginginkan ke kiri.
- Tauhid mengisi hati
para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan. Tidak merasa
takut kecuali kepada Allah. Tauhid menutup rapat celah-celah kekhawatiran
terhadap rizki, jiwa dan keluarga. Ketakutan terhadap manusia, jin,
kematian dan lainnya menjadi sirna. Seorang Mukmin hanya takut kepada
Allah. Karena itu ia merasa aman ketika kebanyakan orang merasa ketakutan,
ia merasa tenang ketika mereka kalut.
- Tauhid memberikan nilai Rohani kepada pemilik-nya. Karena jiwanya hanya penuh harap kepada Allah, percaya dan tawakal kepadaNya, ridha atas qadar (ketentuan) Nya, sabar atas musibah serta sama sekali tak mengharap sesuatu kepada makhluk. Ia hanya menghadap dan meminta kepadaNya. Bila datang musibah ia segera mengharap kepada Allah agar segera dibebaskan darinya. Ia tidak meminta kepada orang-orang mati. Syi’ar dan semboyannya adalah sabda Rasul:
إِذَا
سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ. (رواه
الترمذي وقال حسن صحيح).
Bila kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Dan bila kamu memohon pertolongan maka mohonlah kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih)
Bila kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Dan bila kamu memohon pertolongan maka mohonlah kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih)
- Tauhid merupakan dasar persaudaraan dan keadilan. Karena tauhid tidak membolehkan pengikutnya mengambil tuhan-tuhan selain Allah di antara sesama mereka. Sifat ketuhanan hanya milik Allah satu-satunya dan semua manusia wajib beribadah kepadaNya. Segenap manusia adalah hamba Allah dan yang paling mulia di antara mereka adalah Muhammad n kemudian orang yang paling bertaqwa.
Itulah buah manis dari
Tauhid yang akan membebaskan pelakunya dari kehinaan dan kesengsaraan dan
Tauhidlah yang akan mengembalikan kehormatan Islam dan Muslimin, mengembalikan harga
diri dan kemuliaan Islam dan Muslimin, dan menaikkan derajat dan martabat Islam
dan Muslimin di atas segala kehinaan yang selama ini dialami oleh kaum
Muslimin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ.
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah
kedua:
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيَّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ؛
Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah ...
Kembali pada khutbah yang
kedua ini, saya mengajak diri saya dan jama’ah untuk senantiasa meningkatkan
iman dan taqwa kepada Allah dengan sesungguhnya. Shalawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad, kepada para sahabatnya, keluarganya dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Kemudian dari khutbah yang
pertama tadi dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut:
- Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukannya.
- Hakekat Tauhid, ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu: meghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekwen, dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepadaNya.
3.
Tauhid menyebabkan pemiliknya dihapuskan dari segala dosa.
- Tauhid yang terealisasi dalam hidup seseorang, akan menghasilkan buah yang sangat manis, yaitu:
·
Tauhid memerdekakan manusia dari segala perbudakan dan penghambaan.
·
Tauhid membentuk kepribadian yang kokoh.
·
Tauhid mengisi hati para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan.
·
Tauhid memberikan nilai ruhiyah kepada pemiliknya.
·
Tauhid merupakan dasar persaudaraan dan persamaan.
Karena itu, marilah pada
kesempatan kali ini kita berdo’a kepada Allah, memohon ampunan atas segala dosa
syirik yang pernah kita lakukan dan kita memohon agar kita dijauhkan dari
segala perbuatan syirik dan pelaku-pelakunya. Kemudian pula kita memohon kepada
Allah agar kita dihindarkan dari kehinaan dan diangkat derajat kita di dunia
dan di Akhirat.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى
النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً
وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ
رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا
أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ
عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ
لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا
فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَأَلِّفْ
بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ
وَعَدُوِّهِمْ، وَاهْدِهِمْ سُبُلَ السَّلاَمِ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ
إِلَى النُّوْرِ، وَبَارِكْ لَهُمْ فِيْ أَسْمَاعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ
وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَاتِهِمْ مَا أَبْقَيْتَهُمْ، وَاجْعَلْهُمْ شَاكِرِيْنَ
لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ قَابِلِيْنَ لَهَا، وَأَتْمِمْهاَ
عَلَيْهِمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ
بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ
يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.